VIVAnews - Batik tidak saja menjadi kebanggaan
Indonesia. Malaysia pun mengandalkan kain bercorak itu sebagai bagian
dari budaya mereka. Bagi kalangan pejabat Malaysia, bila ada budaya
mereka mirip bangsa Indonesia itu tidak jadi soal karena persamaan etnis
sebagai sesama rumpun Melayu.
Pengakuan dari lembaga kebudayaan
PBB, UNESCO, atas batik Indonesia dalam daftar warisan budaya pada 2009
tetap tak menyurutkan antusiasme pelaku industri batik Malaysia untuk
mempromosikan batik khas negeri mereka. Suatu yayasan di Kuala Lumpur
pun bersiap kembali menggelar acara promosi batik Malaysia akhir pekan
ini.
Salah satunya acara peluncuran buku sejarah industri batik
Malaysia pada Jumat, 9 Desember 2011 mendatang. Menurut kantor berita
Bernama, buku berjudul 'Malaysian Batik: Reinventing a Tradition' itu
akan diluncurkan dalam Konvensi dan Pameran Batik Internasional Kuala
Lumpur (KLIB) 2011.
Buku ini berisi sejarah batik, bahan-bahan,
metode membatik dengan tangan dan cap, serta cara batik Malaysia
bertransformasi dengan kehadiran batik internasional. Rencananya, buku
ini akan diluncurkan mantan Perdana Menteri Tun Abdullah Ahmad Badawi di
The Kuala Lumpur Convention Center.
Kepala Eksekutif Yayasan
Budi Penyayang, Datuk Leela Mohd Ali, mengatakan peluncuran buku ini
sebagai bagian dari inisiatif yayasan menyesuaikan industri batik
Malaysia dengan mode saat ini.
"Kami kini berada pada fase enam,
dan peluncuran buku ini sangat istimewa karena menandakan kreativitas
Malaysia dan kebangkitan industri batik," katanya seperti dikutip
Bernama.
KLIB ini diselenggarakan oleh Yayasan Budi Penyayang
bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata Malaysia. Temanya 'Bisnis
Batik', akan menampilkan segmen khusus pada "Kerajinan Batik" yang
terdiri dari prototipe dari kategori kerajinan tangan dalam Kompetisi
Piala Seri Endon.
"Ada tiga kategori untuk pertandingan seri Endon, yaitu fashion, kerajinan halus, dan kerajinan tangan," kata Leela.
KLIB
akan menampilkan lebih dari 100 stand yang terkait produk maupun jasa
batik lokal dan internasional. Selain itu, juga ada presentasi oleh 19
ahli batik di berbagai bidang, dari orang-orang yang telah mengembangkan
kebijakan pada industri kerajinan di negaranya masing-masing.
Dalam
laman resmi Yayasan Budi Penyayang, rangkaian acara itu merupakan
kelanjutan dari kampanye mereka bertema "The Malaysia Batik: Crafted for
the World Movement" yang sudah dirintis sejak 2003. Diluncurkan pada
2003, kampanye itu dipelopori oleh Tun Endon Mahmood, yang antusias
mempromosikan kerajinan Malaysia.
"Dengan gerakan ini,
antusiasme dan gairah yang khas dari Tun Endon coba ditularkan ke
industri batik Malaysia dalam rangka mendorong kreativitas, keberadaan
dan pengasahan bakat sekaligus membawa batik Malaysia ke pentas
internasional," demikian pernyataan Yayasan Budi Penyayang.
Dengan
kampanye itu, yayasan tersebut ingin merevitalisasi industri batik
Malaysia dan menunjukkan ke level lokal dan internasional sekaligus
menggalakkan konsumsi produk batik. Selain itu juga "ingin memperkuat
batik sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas dan kepribadian
bangsa Malaysia," demikian pernyataan Yayasan Budi Peyayang di laman
resmi mereka.
Persamaan Budaya
Di Indonesia, batik juga dikenal sebagai warisan budaya. Beragam
literatur soal batik juga telah ada. Batik Indonesia secara resmi diakui
UNESCO lewat Daftar Budaya Warisan Peradaban Manusia (Representative
List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam Sidang ke-4
Komite Antar-Pemerintah (Fourth Session of the Intergovernmental
Committee) tentang Warisan Budaya di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Oktober
2009.
Mantan Menteri Pariwisata Malaysia, Tengku Adnan bin
Tengku Mansor, pernah meminta agar bangsa Indonesia jangan emosional
menanggapi persamaan budaya antar dua negara. "Indonesia punya batik
yang bagus-bagus. Malaysia pun punya batik yang bagus juga. Janganlah
kita saling berkonflik hanya karena budaya kita mirip satu dengan lain,"
kata Mansor dalam kunjungan ke Jakarta beberapa waktu lalu.
Dia
secara pribadi justru bangga bila Indonesia dan Malaysia sama-sama
mempromosikan warisan budaya yang hampir mirip satu sama lain. "Sebagai
sesama orang Melayu kita turut senang. Masih banyak lagi Warisan budaya
nenek moyang yang kita sama-sama banggakan," lanjut Mansor, pernah jadi
Menteri Pariwisata Malaysia dari 2006 hingga 2008 dan kini menjadi
Sekretaris Jenderal Partai UMNO sekaligus Sekjen Koalisi partai-partai
berkuasa di Malaysia, Barisan Nasional.
Menteri Informasi,
Komunikasi, dan Kebudayaan Malaysia, Rais Yatim, pernah mengingatkan
bahwa seperti celana jins yang ada di mana-mana, batik juga ada di
Malaysia, India, dan China.
Rais menjelaskan, berdasarkan
perbincangannya dengan Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul
Sembiring, mereka menganggap sebuah hubungan harus bersifat realistik.
"Salah satu dari sifat realistik ini adalah bahwa dalam sejarah, ada
yang disebut sebagai migrasi budaya," kata Rais.
Migrasi budaya
itulah yang menjadi penyebab pola hidup dan karya seni suatu wilayah
hampir mirip dengan yang ada di wilayah lain. Rais sendiri, walau
merupakan warga negara dan pejabat Malaysia, memiliki darah Minang di
Sumatera Barat. Begitu pula dengan Perdana Menteri Malaysia saat ini,
Najib Tun Razak, yang berketurunan suku Bugis di Sulawesi Selatan.
Rais
menuturkan, di Malaysia juga banyak orang Jawa, Minang, Bugis, dan
banyak lagi. Mereka juga seperti orang Jawa Pulau Jawa, orang Minang dan
Mandailing di Sumatra, ataupun orang Bugis di Sulawesi. Kaum migran itu
meneruskan cara hidup mereka sendiri, kata Rais dalam kunjungannya ke
Indonesia beberapa waktu lalu.
Dia juga mengingatkan bahwa
seperti juga orang Amerika Serikat dengan Inggris, bangsa Indonesia dan
Malaysia punya kemiripan satu sama lain.(np)
• VIVAnews
Batik Malaysia, Siapa Punya ???
Written By Unknown on Rabu, 07 Desember 2011 | 13.32
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
COMMENT HERE